Mukadimah
Add caption |
Aku adalah seorang yang spesial, namaku awang wisnuaji. Nama terbaik yang di
berikan oleh orang tuaku. Aku lahir 9
februari 1987 di Mijen, daerah pinggiran kota semarang. Tapi aku cukup bangga
tinggal di sana, sudah cukup ramai hanya berjarak beberapa km dari pusat kota
dan suasananya masih cukup asri. aku di besarkan bersama 4 saudara
laki-laki lainnya di sebuah rumah kecil
di pinggir sawah.
Masa kecilku dihabisakan dengan bermain di sekitar hutan
karet di dekat rumahku, bersama teman-teman, kami sering berjalan-jalan keluar
masuk hutan karet. Tak hayal hutan karet yang luas menjadi seperti halaman
belakang rumah kami. Mencari biji karet yang keras untuk di adu, merupakan
permainan asik yang sering membuat kami lupa waktu. Bermain di kali, yang kala itu
masih jernih dan banyak sekali ikannya juga tak kalah seru.
Umur 4 tahun aku mulai masuk ke taman kanak-kanak, di
sekolahan kecil yang berada di sudut jalan milik perkebunan karet. Setiap
harinya aku di antar bapak naik Vespa untuk sekolah dan di jemput embah waktu
pulang. Itu mungkin salah satu saat-saat terindah dalam hidupku.
Sebelumnya kami tinggal di rumah dengan pekarangan yang
cukup luas, kala itu bapak punya peternakan puyuh. Tapi masa itu tak lama
sebelum banjir besar tahun 1991 menghanyutkan seluruh ternak dan sebagian
perabot rumah.
Lulus TK, aku masuk sekolah SD Mijen 03, Sebuah SD favorit
yang ada di kawasan mijen. Terkenal
dengan prestasi akademik, non akademik, dan gurunya yang galak. Ternyata benar,
tahun pertamaku di SD membuatku tidak kerasan.
Hari demi hari seakan berjalan lambat, penuh dengan cobaan saat bertemu
dengan guru kelas 1 bu kus namanya. Guru yang benar-benar galak dan
menyeramkan. Aku sering menangis dan sempat tidak mau sekolah waktu itu. Tapi
itu tak berlangsung lama.
Naik kelas 2 ada insiden kecil, waktu bermain sepeda aku di
tabrak motor, alhamdulillah masih di beri umur panjang. Walau sempat dirawat di
ICU dan tidak sadar beberapa hari.
Hari-hari saat SD, merupakan saat-saat kenakalan waktu kecil
yang sangat menyenangkan. Walau nakal
prestasi akademik ku cukup bagus, dengan selalu rangking 10 besar.’
Dengan Pretasi ku yang cukup lumayan, aku meneruskan ke SMP
16, SMP yang berada cukup jauh dari rumah, sekitar 7 km yang kudu di jangkau
dengan naik bis. Masa SMP merupakan masa yang paling rajin menurutku. Selalu
bagun pagi, mengerjakan tugas, belajar dan belajar tak hayal membuatku cukup
bangga dengan beberapa kali rangking 1 di kelas. Tapi, SMP juga menorehkan
sesuatu kenangan buruk dengan jatuhnya nilai bahasa Inggrisku waktu ujian
Akhri.
Aku sempat pesimis untuk masuk ke SMA favoritku, untung
nilai mata pelajaran lain cukup membantu untuk mendongkrak point. Akhirnya aku masuk ke SMA 6 semarang, SMA
cukup favorit, walupun bukan yang terbaik.
Tapi sudah cukup membuatku bangga bisa masuk ke sana.
Dan pilihanku ternyata benar, di SMA 6 mungkin merupakan tempat
transformasi hidupku. Di sana aku bertemu dengan teman-teman yang merubah
hidupku. Banyak pengalaman, ilmu dan nilai-nilai yang dapat ku dapatkan.
Tubagus Arif, Zenny, Arif Budiman, Ega Ricky, dan
teman-teman yang lain yang sangat berjasa memberikanku pengalaman
berorganisasi, berfikir dan merencanakan hidup. Pramuka, Rohis, PMR dan
organisasi lainnya sangat mewarnai kehidupanku sampai saat ini.
Kehidupan berorganisasiku lebih kental di banding kehidupan
akademis, mungkin agak bertolak belakang dengan masa SMP. Tapi itu lah hidup,
selalu ada perubahan. Tapi jangan salah, nilai akademisku cukup bagus kelas 1
cukup masuk ke 3 besar, kelas 2 sempat rangking 2 walupun tergusur ke rangking
3, dan kelas 3 aku masuk ke kelas favorit IPA 1 yang gudangnya anak pintar dan
cerdas dan tergusur menjadi rangking 8.
Tapi tetap masa SMA menyimpan banyak kisah yang selalu seru
untuk di ceritakan.
Masuk kuliah, itulah masa ujian terbesarku. Ketika aku sudah
lolos SPMB dan pilihanku SI biologi tercapi. Tiba-tiba harapan itu runtuh
seketika saat aku di justice buta warna parsial hijau dan merah. Beruntung aku
juga di terima di DIII Public Relations UNDIP sehingga aku tetap bisa kuliah di
undip walau bukan dalam lubuk hati.
Hari-hari pertama kuliah merupakah hari-hari terberat,
karena masih terpikir kejadian yanga lalu dan sempat berfikir Tuhan tidak adil
kenapa aku harus buta warna. Tapi masa itu tidak lama, ketika aku mulai
mengenal beberapa teman baru dan menyelami lagi kehidupan ku. Tentunya Tuhan
pasti punya rencana, Tuhan pasti memberikan jalan yang terbaik.
Ternyata benar, mata kuliah yang ada memang membuatku
nyaman, dan pas sekali dengan kehidupan organisasiku. Juga membuka wawasan dan
pengalaman ku betapa luasnya dunia ini.
Lumayan banyak kisah masa kuliah, dengan segala aktivitas,
tugas yang cukup menyita waktu, biaya dan pikiran. Tapi asyik karena memang
menyenangkan. Foto grafi walaupun nilaiku B doank tapi itu meupakan mata kuliah
faforit yag tak akan terlupakan.
Satu yang tak akan ku lupakan adalah saat ujian TA. Berdebat
dengan mas yanuar, mengenai TA dan sampai menggebrak meja adalah kebodohan
terbersarku. TA ku Cuma dapat nilai B. Tapi saya puas. Terimakasih mas harjo
pembimbing TA ku.
Sekarang Saya di USM. Semoga bisa menambah wawasan dan
kapasitas diriku....
Semangat.. Chayo....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar